Selasa, 21 Mei 2024

INFORMASI :

KEPALA DESA CARUBAN DAN SEGENAP PERANGKAT DESA BESERTA SELURUH KELEMBAGAAN DESA MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI "MOHON MAAF LAHIR BATIN" ​​​​

SEJARAH DESA

SEJARAH DESA

LEGENDA DAN SEJARAH DESA CARUBAN

A. LEGENDA DESA

Pada  jaman dahulu desa Caruban berupa hutan belukar , dan suatu ketika datanglah beberapa  orang sakti dan bijaksana yang bernama Mbah Nur Sadin, Mbah Mingan, Mbah Cempasari, Mbah Demang pernagati, dan Mbah Syeh Badar. Kemudian orang-orang tersebut membuka hutan bersama-saa yang kemudian dijadikan beberapa wilayah yang masing-masing wilayah dipimpin oleh kelima orang tersebut. Berkat kearifan dan kebijaksanaan dari mbah Nur Sadin , rekan-rekan yang lain mengakui kelebihan atau keunggulan Mbah Nur Sadin yang kemudian diangkat menjadi pemimpin dari rekan-rekan yang lain dan pada saat itu kelima wilayah dijadikan satu yang kemudian dinamakan " Caruban" . Makna atau arti dari kata Caruban adalah Campuran atau gabungan yaitu berasal dari penggabungan beberapa wilayah menjadi 1 ( satu ). Atas kebijaksanaan dari mbah Nur Sadin rekan-rekan yang lain tetap untuk memimpin diwilayah masing-masing . Wilayah-wilayah tersebut yaitu Gentan Lor, Karang Tunjung Binangun, Klantang, Karang Jambu dan Gentan Kidul. Dan saat sekarang menjadi 4 ( empat ) Dukuh / Dusun yaitu Dukuh Gentan Lor, Dukuh Karang Tunjung, Dukuh Karang Jambu dan Dukuh Gentan Kidul.

Sampai saat ini yang kami ketahui bahwa keturunan-keturunan dari orang-orang yang memimpin wilayah Gentan Lor, Karang Tunjung Binangun, Klantang, Karang Jambu dan Gentan Kidul hanya 3 ( tiga ) yaitu Wilayah Gentan Lor dipimpin oleh Bekel Asmadikrama, Karang Tunjung Binangun dipimpin oleh Bekel Dipadiwangsa dan Gentan Kidul dipimpin oleh Bekel Wirosuto yang 2 ( dua ) wiayah yaitu Klantang dan Karang Jambu belum kami ketahui. Ada informasi bahwa ke dua wilayah tersebut kemudian sebagian ada yang bergabung ke wilayah Gentan Lor, Karang Tunjung dan Genan Kidul.

Banyak nama dan tempat yang sering terdengar dari dahuu sampai sekarang seperti, glempang, klosod, sawidara, galur, petunggono, sitlawah, sikebo, simalang, pancasan, kemetiran, sadang, silayur, simbulu, sembrut , siterong dan masih ada lainnya yang saat ini belum bisa kami tulis karena perlu pendekatan mengenai kebenarannya.

Para pemimpin yang pernah memimpin di desa Caruban:

Tahun 1918 s/d 1922 Dipimpin oleh Dipodiwongso

Tahun 1923 s/d 1936 dipimpin oleh Wiryodiulyo

Tahun 1937 s/d 1944 dipimpin oleh Soeharjo

Tahun 1945 s/d 1984 dipimpin oleh Atmosuwiryo

Tahun 1985 s/d 1993 dipimpin oleh Nurul Suhadi

Tahun 1994 s/d 2007 dipimpin oleh Djumeno

Tahun 2007 s/d 2013 dipimpin oleh Sajimun

Tahun 2013 s/d 2019 dipimpin oleh Purwoko

Tahun 2019 s/d sekarang dipimpin oleh Wagiyo.

Barang tentu dalam pembuatan legenda desa masih banyak kekurangan dan kesalahan kami sangat mengharap saran, kritik dan masukannya demi sempurnanya sejarah Desa Caruban.

Demikian legenda Desa Caruban ini untuk bisa dipahami dan sebagai bahan pergertian kita dikemudian hari dan bila terdapat kekeliruan serta kurang pasnya dalam pembuatan Legenda Desa ini mohon maaf yang sebesar-besarnya.

B. SEJARAH DESA

TAHUN KEJADIAN PERISTIWA BAIK PERISTIWA BURUK
Sebelum tahun 1595-1945   Penjajah Belanda, Kerja Paksa, Tana Paksa, banyak warga Caruban yang tidak pulang
Sebelum tahun 1943 Pemindahan Pasar Prambanan Ke Caruban, yang awalnya di selatan Makam Kewadongan Desa Sekarteja  
1942  

Invansi Penjajah Jepang

-Sandang dan Pangan mendadak sulit diperoleh

-Terjadi kelaparan dan penyakit koreng

1947-1948   - Penjajahan Belanda ke II
1959-1951   - Pemberontakan AOI
1964-1965   - Pemberontakan G 30 S
1968 SD Caruban pertama dibangun  
1970   - Sering terjadi serangan penyakit Demam
1973 Mendapat bantuan beras bulgur - terjadi paceklik
1978 Pembangunan sungai Karanganyar  
1979 Pemindahan sekolah SD dari Kemujan ke Caruban  
  Dibangunnya Kantor Desa Caruban  
  Dibangunnya Saluran drainase sindut  
  Pembangunan Jembatan sungai Karanganyar  
  Dibangunnya DAM sungai Karanganyar  
1982 Menerima bantuan sapi 40 ekor gunung Galunggung meletus banyak hewan mati
  Pembangunan Rehab Masjid Nurul Hidayah  
1984 Pembangunan Balai Desa secara swadaya  
1986   Terjadi banjir besar di RW I Warga Tenggelam.
  Pembangunan Masjid Baiturrohman  
1995 Pertama kali Dukuh RW.II menerima bantuan modal simpan pinjam  
1998   Salah satu warga meninggal dunia karena tenggelam di sungai.
     

 

PROFIL ADAT ISTIADAT

Adat Istiadat  adalah sistem norma yang tumbuh, berkembang dan dijunjung tinggi oleh masyarakat penganutnya. Adat Istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari gegerasi ke generasi satu ke generasi lain sebagai warisn sehingga kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat.

Banyak adat istiadat yang sampai saat masih berjalan seperti, acara pernikahan, acara selamatan kehamilan ( 4 Bulan dan 7 Bulan ), melahirkan ( Muyen ), selamatan orang meninggal ( 1 Hari, 3 Hari,7 Hari, 40 Hari, 100 Hari , 1 Tahun, 2 Tahun dan 3 Tahun ), Khitanan,nyadran, Suran, Jabel, ruwatan dan Masih banyak lagi. Juga hiburan yang masih berjalan sebagai warisan nenek moyang seperti, Jamjaneng Di desa Caruban masih ada kelompok kesenian Jamjaneng dengan nama Cahya Kartika Candra, ada kelompok Kuda Lumping denga nama Kesenian Kuda Lumping Turonggo Jati juga ada Ketopraknya yang bernama Ketoprak Muda Waluyo.

Upacara selamatan Pernikahan diawali dengan acara lamaran/pinangan, Sosokan ( memberi sumbangan untuk hajatan dari keluarga laki-laki ke keluarga perempuan, lelekan/midodareni/malam towong,acara nyekar bersama/Ziarah.

Upacara Selamatan orang hamil 4 bulan ( Ngupati ), tujuh bulan ( Mitoni ) dan setelah lahir ada muyen sampai 7 hari dan pemberian nama pada hari ke 7 dan dilakukan acara pedetan atau potong rambut.

Upacara selamatan orang meninggal dunia dilakukan mulai 1 Hari ( Nyaur tanah ), 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari , 1 Tahun ( mendak kapisan ), 2 tahun ( mendak kapindo ) dan 3 Tahun ( nguwis-nguwisi ) selamatan tersebut bisa dilakukan secara sederhana maupun mewah sesuai kemampuan.

Nyadran adalah suatu rangkain budaya yang berupa pembersihan makam secara bersama-sama ,tabur bunga yang dilakukan oleh seluruh masyarakat satu desa yang dilakukan dibulan Ruwah / Syakban menjelang bulan Romadhan dirangkaikan dengan do'a bersama di makam yang maknanya mengucap rasa syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan perlindungan dan keselamatan,juga mendoakan kepada para Leluhur yang berjuang membangun desa semoga diberikan tepat yang baik dan diberikan kenikmatan diampuni segala dosa dan kesalahannya.

Selamatan suran merupakan tradisi yang masih melekat ditengah masyarakat jawa untuk menyambut bulan suro, tepatnya pada tengah malam pukul 00.00 tanggal 1 suro. Tradisi suran yang masih dipelihara hingga kini dikalangan masyarakat jawa adalah bentuk akulturasi budaya. Ada juga yang melakukan selamatan suran dilaksakan di Balai Desa yang selanjutkan dengan penampilan adat budaya seperti Wayang kulit, Jamjaneng, dan Kuda Lumping.  Sebelum Agama Islam masuk dikalangan masyarakat jawa telah memiliki tradisi budaya ini yang berhubungan dengan tahun Saka yang menggunakan perputaran matahari sebagai perhitungannya.Tahun Hijriyah yang merupakan tahun Islam mulai digunakan semasa Sultan Agung dari Mataram Tahun 1625 Masehi atau bertepatan dengan 1547 Saka dengan mengeluarkan sebuah dekrit yang isinya menggantikan penanggalan Saka yang berbasis perputaran matahari dengan kalender Islam ( Hijriah ) yang berbasis  perputaran bulan ( lunar/qomariah ). Demi azas kesinambungan perpindahan tahun Saka menjadi tahun  Hijriah tidak menggunakan angka tahun Hijriah saat itu 1035 H, tetapi meneruskan angka tahun Saka yang berlaku  saat itu yaitu 1547 Saka, namun diganti menjadi tahun 1547 Jawa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter